Sindo Edisi Sore: Jum'at, 21/12/2007 GORONTALO(SINDO) – Sebagai provinsi termuda, Provinsi Gorontalo tak mau ketinggalan dengan daerah lain dan terus mengembangkan diri sebagai provinsi inovasi di Indonesia.
Saat ini, jarang ada pemerintah daerah yang serius menggarap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sebagai instrumen penting penunjang pembangunan. Bahkan, berdasarkan indikator iptek 2006, belanja anggaran untuk penelitian dan pengembangan (litbang) rata-rata masih di bawah angka 1% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Namun, Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad menyatakan, saat ini pihaknya menganggarkan 2,5% dari APBD untuk litbang. Bahkan,dengan dukungan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dia berkomitmen akan meningkatkan anggaran untuk litbang. ’’Ini anggaran litbang untuk produk, bukan untuk litbang secara keseluruhan. Kalau secara keseluruhan,mungkin angkanya lebih besar lagi,”paparnya kepada SINDO. Tentu ini merupakan angin segar bagi dunia penelitian di Gorontalo. Bahkan,Fadel yang sebelumnya mendeklarasikan visi pemerintahannya merupakan pemerintah yang berwirausaha (enterpreneur government) mulai sedikit digeser dengan mainstream baru.
Berkaca dari negara-negara di Asia yang sudah mulai maju, di antaranya Singapura dan Korea, iptek selalu dijadikan instrumen penting dalam pembangunan. Itulah yang menjadi dasar ambisi Gorontalo untuk menjadi daerah pusat inovasi di Indonesia. Bukan sekadar isapan jempol belaka, kenyataannya Gorontalo sudah memulai gebrakannya dengan memproklamirkan diri sebagai Provinsi Agropolitan dengan komoditas unggulan jagung sejak 2002 lalu.
’’Pemerintah Provinsi Gorontalo, sepanjang 2002 telah merancang dan melaksanakan tiga program, yaitu program ketahanan pangan, pengembangan agrobisnis, dan pengembangan komoditas unggulan berbasis jagung, yakni program pengembangan kawasan agropolitan Provinsi Gorontalo,” paparnya. Fadel menyatakan awal ide ini tercetus karena jagung merupakan salah satu bahan makanan pokok masyarakat Gorontalo.
Dengan potensi ini,akhirnya provinsi yang resmi didirikan sejak 2001 itu mulai mengeksplorasi jagung.Tidak hanya sebagai makanan pokok masyarakat setempat,juga mencari pasar ekspor di luar negeri secara komersial. Pertumbuhan ekspor jagung dari Gorontalo memang mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada 2001, realisasi nilai ekspor jagung kuning 6,3 juta kilogram (kg) dan naik sekitar 470% pada 2006 sebesar 35,9 juta kg. Setelah jagung mulai memberikan hasil,kemudian bagian lain dari tanaman jagung,yakni daun dan batangnya pun dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Akhirnya, bidang peternakan pun mulai dikembangkan.Menurut Fadel, kini pihaknya sedang mengembangkan ternak unggas dan sapi.
Tercatat pada 2006,populasi unggas mencapai 1,78 ekor, sedangkan populasi sapi sebanyak 209.011 ekor. Untuk sapi potong produksi yang dihasilkan mencapai 14.149 ekor dan ekspor antarpulau sebesar 11.511 ekor per tahun, total produksi sebesar 25.660 ekor atau 12,28% dari total populasi. Dia menambahkan, anggaran litbang untuk jagung dan sapi ini pun disediakan 2,5% dari APBD per tahun.Meski kenyataannya potensi komoditas Gorontalo hanya pertanian, perikanan, dan peternakan, potensi itu justru semakin menumbuhkan semangat inovasi.
’’Tanpa dorongan dari teknologi, komoditas jagung yang kami jual tidak akan laku di pasaran. Untuk itu, saya membuat pusat agropolitan ini karena permulaannya dengan pendekatan dari pasar dulu,” ujarnya. Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Gorontalo Yusuf Hamidun menyatakan,tujuan ekspor jagung Gorontalo saat ini adalah Malaysia, Filipina, dan Jepang. Ke depan, pengembangan perluasan pasar akan tetap dilakukan pihaknya. Beberapa benih jagung yang sudah dikembangkan untuk dataran rendah, di antaranya Perikesit, Harapan Baru, Arjuna, Kalingga, Wiyasa,Abimayu, Hibrida, C1, C3, IPB4, Semar 1, Semar 2, Pioneer 5, CPI-2,Penjalin,Genjah Kertas.Sementara untuk dataran tinggi adalah Bastar Kuning, Bima, Pandu, dan Harapan. Bahkan,salah satu rekayasa benih unggul yang kemudian menghasilkan benih jagung komposit dinamai Lamuru FM (Fadel Muhammad). ’’Untuk jenis bibit jagung hibrida saja, kami sudah menembangkan 10 varietas,”ujar Yusuf.
Pengembangan jagung dengan diperkuat pembukaan Gorontalo International Maize Information Center (GIMIC) pada Februari 2007. Rencananya juga dibangun jaringan dengan Pusat Informasi Jagung Dunia Cymmit di Meksiko. Bisa jadi, ini akan semakin memperlebar jalan bagi pengembangan jagung Gorontalo. Kerja sama ini dimulai dengan kunjungan pertama tim Gorontalo ke Meksiko pada Maret 2007.Kemudian, direncanakan pada Juli 2008, tim Cymmit akan berkunjung ke Gorontalo guna menandatangani nota kesepahaman (MoU). ’’Kerja sama ini termasuk dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) Gorontalo yang akan mendapatkan pelatihan di Meksiko untuk transfer teknologi.
Juga untuk mengembangkan jenis varietas unggul.Ambisi kami Gorontalo akan menjadi pusat informasi dan teknologi jagung di Asia,”tandasYusuf. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah (Bappeda) Provinsi Gorontalo Winarni Monoarfa menyatakan, beberapa agenda penting inovasi yang dilakukan di Gorontalo, yakni untuk bidang kepemerintahan, ekonomi kerakyatan,sumber daya manusia, serta teknologi informasi. Keempat agenda ini untuk menuju arah pewujudan provinsi inovatif. Untuk bidang SDM, dia optimistis pada 10 tahun mendatang, sebanyak 50% penduduk usia sekolah di Gorontalo lulus strata satu (S-1). Berdasarkan data Susenas 2005,angka melek huruf di Gorontalo mencapai 95,12%.
Namun, menjelang akhir 2007 ini, Gorontalo mendapatkan penghargaan yang terkait dengan indeks pembangunan manusia (IPM) atau human development indeks (HDI) dari Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Sebab, provinsi dengan lima kabupaten dan satu kota ini HDI-nya selalu mengalami peningkatan. Pembangunan manusia ini Provinsi Gorontalo telah bekerja sama dengan United Nation Development Programme (UNDP) guna menyusun Human Development Report serta millenium development goals.Selain itu,mereka juga bekerja sama dengan World Bank dan sedang mengerjakan public expenditure analysis. ’’Dalam lima tahun mendatang, saya ingin Gorontalo menjadi daerah yang inovatif dengan konsep pengembangan product oriented,”tandas Fadel Muhammad. (abdul malik)