26 Desember 2007

FADEL MUHAMMAD INNOVATION AWARD 2007


Ini berita menggembirakan. Atas upaya Salemba Study Group dan Keluarga Salemba Tengah (KST)-29 serta dukungan Pemprov Gorontalo, maka diadakan Kongres Inovasi Gorontalo untuk Indonesia yang dirintis sejak bulan Nopember lalu. Puncaknya pada tanggal 19.12.2007, yaitu 52 karya yang berasal dari semua kalangan seperti pelajar, dosen, petani dan LSM dinilai dan hasilnya yang memperoleh Fadel Muhammad Innovation Award 2007 disamping hadiah uang tunai, adalah :

1. Margaretha Solang dkk. dengan karyanya memotong sirip ekor ikan nila secara tegak lurus, sehingga pertumbuhan dagingnya bisa lebih cepat. Maklum Margaretha Solang adalah seorang dosen biologi dan dengan pemotongan sirip maka gerakan ikan terbatasi sehingga asupan makanan tidak terbakar menjadi energi, melainkan menjadi daging. Sehingga petani ikan akan memperoleh keuntungan oleh sebab ikan menjadi lebih gemuk yang biasanya 1 kilogram terdiri dari 5 ekor, kini 1 kilogram menjadi hanya 3 ekor. Sekedar informasi 1 kilogram ikan nila rata-rata Rp. 12.500.-

2. Larasati Sukmadewi Wibowo dan Yuliana Bakari, siswi MAN Insan Cendekia ; dengan karyanya memanfaatkan ikan teri nike, sejenis ikan laut endemik khas Gorontalo, yang diolah menjadi bahan makanan berupa kerupuk. Kiprah kedua pelajar ini mencelikan mata para nelayan setempat yang selama ini ikan teri nike acap kali melimpah dan terbuang, padahal memiliki nilai ekonomis.

3. Prof Dr Ishak Isa MSi, Guru Besar Universitas Negeri Gorontalo, dengan karyanya memanfaatkan limbah tongkol jagung sebagai bahan baku arang aktif dan bermanfaat untuk pemurnian minyak goreng. Gorontalo dikenal sebagai sentra kopra, melalui penemuan ini maka mutu industri minyak goreng berskala rumah tangga dapat lebih ditingkatkan.

Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman sangat menghargai upaya penggalian inovasi yang berbasis potensi keraifan lokal ; sehingga apa yang telah dilakukan di atas dapat juga dijadikan model penggalian inovasi yang membumi secara nasional. Jadi sebuah inovasi tidak mesti mahal, tapi yang utama orisinal dan bisa diterapkan pada masyarakat, demikian Kusmayanto.Tapi yang tak kalah penting Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad berjanji akan mentradisikan program di atas dalam upaya memberdayakan potensi sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat. Sungguh sebuah upaya yang patut dicontoh oleh propinsi-propinsi lain di Indonesia (Kompas/22.12.2007).

Kongres Inovasi Gorontalo untuk Indonesia

Ristek.go.id
Rabu,19 Desember 2007 21:56

Otonomi daerah menempatkan Pemda berada di depan garda depan dalam melaksanakan pembangunan. Implementasi otonomi daerah mempunyai konsekuensi bahwa kinerja pemda dipertaruhkan untuk kesejahteraan rakyat, karena itu kemandirian menjadi suatu keharusan untuk mempertajam visi dan ketepatan strategi kepala daerah. Disinilah Pemda bersama masyarakat dan stakeholder perlu mengambil langkah-langkah proaktif dan inovatif dalam memaksimalkan dan mendayagunakan seluruh potensi masyarakat, agar tercipta karya yang inovatif.
Sebagai salah satu Propinsi Termuda di Indonesia, Gorontalo justru ingin menjadi pelopor bagi daerah lain, yaitu dengan misinya menjadi propinsi penuh inovasi. Salah satu untuk meningkatkan peran masyarakat dan menggali kreatifitas masyarakat terutama unggulan daerah, Universitas Negeri Gorontalo dan Kelompok Salemba Tengah menyelenggarakan Kongres Inovasi Gorontalo untuk Indonesia.
Tujuan kongres adalah untuk mengumpulkan pengetahuan, pengalaman dan inovasi; memperlancar aliran informasi dan meningkatkan kesadaran akan adanya kapasitas untuk melahirkan ide-ide pembangunan kreatifitas. Selain kongres juga diberikan penghargaan “FM INOVATION AWARD” kepada inovator-inovator yang memberikan sumbangsih nyata kepada masyarakat, terutama masyarakat Gorontalo. Pada pembukaan kongres pada tanggal 19 Desember 2007 ini dihadiri oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi Bapak Kusmayanto Kadiman dan Gubernur Propinsi Gorontalo Bapak Fadel Muhammad serta Rektor Universitas Negeri Gorontalo. Menristek dalam kata sambutannya menekankan bahwa kata inovasi sebetulnya bukan kata baru di Indonesia dan bukan pula sesuatu yang jatuh dari langit. Inovasi itu sendiri sudah dilakukan sejak Ki Hajar Dewantoro dengan sebutan “niteni, niruake dan nambahake”. Maksud dari niteni dalam hal ini adalah memperhatikan apa yang sudah ada terutama potensi daerah kemudian menirukannya dan yang terakhir menambahkan sesuatu yang baru.
Pemenang inovation award ini terdiri 3 pemenang dari 34 peserta dari katagori perorangan. Ketiga pemenang tersebut antara lain Juara pertama Dra. Margareta Solang dengan judul Peningkatan pertumbuhan dan kematangan Gonad Ikan Nila melalui Teknik pemotongan sirip ekor, Pemenang kedua Larasati Sukmadewi Wibowo dan Yuliani Bakari dengan judul Krupuk Nike dan Pemenang ketiga Prof. Dr Ishak Isa dengan judul Teknologi pemanfaatan limbah Tongkol Jagung sebagai Bahan baku Pembuatan arang Aktif. (Humasristek)

23 Desember 2007

Petani pun Bisa Menjadi Ilmuwan

Sindo Edisi Sore: Jum'at, 21/12/2007

MEWUJUDKAN visi Gorontalo sebagai provinsi inovatif tentu tidak bisa dilaksanakan tanpa dukungan masyarakat. Untuk menumbuhkan inovasi masyarakat, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo memberikan anugerah Fadel Muhammad Inovation Award. Ini merupakan terobosan baru di Indonesia karena ada pemerintah daerah (pemda) mau mendorong berkembangnya semangat berinovasi pada masyarakat.

Hasilnya, melalui kongres inovasi Gorontalo untuk Indonesia yang diselenggarakan Universitas Negeri Gorontalo melalui prakarsa Salemba Studi Group (SSG) pada 19 Desember 2007,diterima 55 karya ilmiah dari masyarakat.Lima di antaranya merupakan karya murni petani masyarakat Gorontalo. Ini menunjukkan bahwa petani pun bisa menjadi ilmuwan. “Saya melihat kreasi-kreasi mereka sangat baik, ada yang menemukan pupuk cair dengan urine.

Melawan hama tanaman dengan hama,dan banyak kreasi mereka,” kata Ketua Panitia Lukman AR Laliyo. Karya ilmiah masyarakat Gorontalo memang unik.Ternyata, karya ilmiah yang dikenal njelimet dan bikin kepala mumet serta konon hanya bisa dilakukan oleh orang berotak brilian, tidak berlaku bagi masyarakat Gorontalo. Semua orang bisa berinovasi dan melakukan penelitian, termasuk petani yang sehari-harinya hanya bergaul dengan sawah dan tanaman. Melihat fenomena ini, Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman mengaku sangat bangga.

Ternyata semangat penelitian berkobar hingga di masyarakat bawah Gorontalo.Menurut dia,inovasi tidak hanya dilakukan oleh pengambil kebijakan, namun juga mendorongnya dengan rekonstruksi sosial teknologi di antaranya oleh petani. “Saya senang sekali melihat animo masyarakat terhadap digaungkannya inovasi ini.Namun, saya juga mengingatkan bahwa teknologi dan inovasi tidak boleh melupakan kearifan lokal. Sebab, kearifan lokal itu memiliki makna yang dalam tentang keberlanjutan keseimbangan alam sehingga bisa dinikmati oleh anak cucu kita,” paparnya.

Memang tidak perlu dilihat dari nilai nominal penghargaannya, sebab kenyataannya juara I hanya beroleh piala dan uang penghargaan Rp5 juta.Namun,semangat untuk menumbuhkan budaya inovasi di masyarakat merupakan upaya yang layak dihargai,bahkan diacungi jempol karena pertama kali dilakukan pemda di Indonesia. Beberapa karya peserta yang beroleh penghargaan di antaranya, Peningkatan Pertumbuhan Gonad Ikan Nila Melalui Teknik Pemotongan Sirip Ekor oleh Margareta Solang dan kawan-kawan beroleh juara I. Kemudian,Kerupuk Nike karya Larasati Sukmadewi dan kawankawan siswi kelas III MAN Cendekia beroleh juara II, serta Teknologi Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung Sebagai Bahan Baku PembuatanArangAktif beroleh karya Ishak Isa pengaja di Universitas Negeri Gorontalo sebagai juara III.(abdul malik)

Gorontalo Melangkah Menjadi Provinsi Inovasi

Sindo Edisi Sore: Jum'at, 21/12/2007

GORONTALO(SINDO) – Sebagai provinsi termuda, Provinsi Gorontalo tak mau ketinggalan dengan daerah lain dan terus mengembangkan diri sebagai provinsi inovasi di Indonesia.

Saat ini, jarang ada pemerintah daerah yang serius menggarap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sebagai instrumen penting penunjang pembangunan. Bahkan, berdasarkan indikator iptek 2006, belanja anggaran untuk penelitian dan pengembangan (litbang) rata-rata masih di bawah angka 1% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Namun, Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad menyatakan, saat ini pihaknya menganggarkan 2,5% dari APBD untuk litbang. Bahkan,dengan dukungan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dia berkomitmen akan meningkatkan anggaran untuk litbang. ’’Ini anggaran litbang untuk produk, bukan untuk litbang secara keseluruhan. Kalau secara keseluruhan,mungkin angkanya lebih besar lagi,”paparnya kepada SINDO. Tentu ini merupakan angin segar bagi dunia penelitian di Gorontalo. Bahkan,Fadel yang sebelumnya mendeklarasikan visi pemerintahannya merupakan pemerintah yang berwirausaha (enterpreneur government) mulai sedikit digeser dengan mainstream baru.

Berkaca dari negara-negara di Asia yang sudah mulai maju, di antaranya Singapura dan Korea, iptek selalu dijadikan instrumen penting dalam pembangunan. Itulah yang menjadi dasar ambisi Gorontalo untuk menjadi daerah pusat inovasi di Indonesia. Bukan sekadar isapan jempol belaka, kenyataannya Gorontalo sudah memulai gebrakannya dengan memproklamirkan diri sebagai Provinsi Agropolitan dengan komoditas unggulan jagung sejak 2002 lalu.

’’Pemerintah Provinsi Gorontalo, sepanjang 2002 telah merancang dan melaksanakan tiga program, yaitu program ketahanan pangan, pengembangan agrobisnis, dan pengembangan komoditas unggulan berbasis jagung, yakni program pengembangan kawasan agropolitan Provinsi Gorontalo,” paparnya. Fadel menyatakan awal ide ini tercetus karena jagung merupakan salah satu bahan makanan pokok masyarakat Gorontalo.

Dengan potensi ini,akhirnya provinsi yang resmi didirikan sejak 2001 itu mulai mengeksplorasi jagung.Tidak hanya sebagai makanan pokok masyarakat setempat,juga mencari pasar ekspor di luar negeri secara komersial. Pertumbuhan ekspor jagung dari Gorontalo memang mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada 2001, realisasi nilai ekspor jagung kuning 6,3 juta kilogram (kg) dan naik sekitar 470% pada 2006 sebesar 35,9 juta kg. Setelah jagung mulai memberikan hasil,kemudian bagian lain dari tanaman jagung,yakni daun dan batangnya pun dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Akhirnya, bidang peternakan pun mulai dikembangkan.Menurut Fadel, kini pihaknya sedang mengembangkan ternak unggas dan sapi.

Tercatat pada 2006,populasi unggas mencapai 1,78 ekor, sedangkan populasi sapi sebanyak 209.011 ekor. Untuk sapi potong produksi yang dihasilkan mencapai 14.149 ekor dan ekspor antarpulau sebesar 11.511 ekor per tahun, total produksi sebesar 25.660 ekor atau 12,28% dari total populasi. Dia menambahkan, anggaran litbang untuk jagung dan sapi ini pun disediakan 2,5% dari APBD per tahun.Meski kenyataannya potensi komoditas Gorontalo hanya pertanian, perikanan, dan peternakan, potensi itu justru semakin menumbuhkan semangat inovasi.

’’Tanpa dorongan dari teknologi, komoditas jagung yang kami jual tidak akan laku di pasaran. Untuk itu, saya membuat pusat agropolitan ini karena permulaannya dengan pendekatan dari pasar dulu,” ujarnya. Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Gorontalo Yusuf Hamidun menyatakan,tujuan ekspor jagung Gorontalo saat ini adalah Malaysia, Filipina, dan Jepang. Ke depan, pengembangan perluasan pasar akan tetap dilakukan pihaknya. Beberapa benih jagung yang sudah dikembangkan untuk dataran rendah, di antaranya Perikesit, Harapan Baru, Arjuna, Kalingga, Wiyasa,Abimayu, Hibrida, C1, C3, IPB4, Semar 1, Semar 2, Pioneer 5, CPI-2,Penjalin,Genjah Kertas.Sementara untuk dataran tinggi adalah Bastar Kuning, Bima, Pandu, dan Harapan. Bahkan,salah satu rekayasa benih unggul yang kemudian menghasilkan benih jagung komposit dinamai Lamuru FM (Fadel Muhammad). ’’Untuk jenis bibit jagung hibrida saja, kami sudah menembangkan 10 varietas,”ujar Yusuf.

Pengembangan jagung dengan diperkuat pembukaan Gorontalo International Maize Information Center (GIMIC) pada Februari 2007. Rencananya juga dibangun jaringan dengan Pusat Informasi Jagung Dunia Cymmit di Meksiko. Bisa jadi, ini akan semakin memperlebar jalan bagi pengembangan jagung Gorontalo. Kerja sama ini dimulai dengan kunjungan pertama tim Gorontalo ke Meksiko pada Maret 2007.Kemudian, direncanakan pada Juli 2008, tim Cymmit akan berkunjung ke Gorontalo guna menandatangani nota kesepahaman (MoU). ’’Kerja sama ini termasuk dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) Gorontalo yang akan mendapatkan pelatihan di Meksiko untuk transfer teknologi.

Juga untuk mengembangkan jenis varietas unggul.Ambisi kami Gorontalo akan menjadi pusat informasi dan teknologi jagung di Asia,”tandasYusuf. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah (Bappeda) Provinsi Gorontalo Winarni Monoarfa menyatakan, beberapa agenda penting inovasi yang dilakukan di Gorontalo, yakni untuk bidang kepemerintahan, ekonomi kerakyatan,sumber daya manusia, serta teknologi informasi. Keempat agenda ini untuk menuju arah pewujudan provinsi inovatif. Untuk bidang SDM, dia optimistis pada 10 tahun mendatang, sebanyak 50% penduduk usia sekolah di Gorontalo lulus strata satu (S-1). Berdasarkan data Susenas 2005,angka melek huruf di Gorontalo mencapai 95,12%.

Namun, menjelang akhir 2007 ini, Gorontalo mendapatkan penghargaan yang terkait dengan indeks pembangunan manusia (IPM) atau human development indeks (HDI) dari Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Sebab, provinsi dengan lima kabupaten dan satu kota ini HDI-nya selalu mengalami peningkatan. Pembangunan manusia ini Provinsi Gorontalo telah bekerja sama dengan United Nation Development Programme (UNDP) guna menyusun Human Development Report serta millenium development goals.Selain itu,mereka juga bekerja sama dengan World Bank dan sedang mengerjakan public expenditure analysis. ’’Dalam lima tahun mendatang, saya ingin Gorontalo menjadi daerah yang inovatif dengan konsep pengembangan product oriented,”tandas Fadel Muhammad. (abdul malik)

RAIH FADEL INNOVATION AWARD

Siswa Cendekia Bersaing dengan Peneliti Perguruan Tinggi
Gorontalo Post: JUMAT, 21 DESEMBER 2007

GORONTALO - Karya dan prestasi, itulah dua kata yang selalu menghiasi sejarah MAN Insan Cendekia. Kali ini dua orang siswi MAN Insan Cendekia bernama Yuliana Bakari dan Larasati Wibowo dinobatkan sebagai penerima Fadel Muhammad Innovation Award 2007. Penghargaan ini diberikan pada puncak acara Kongres Inovasi Gorontalo untuk Indonesia yang berkangsung pada tanggal 18-19 Desember 2007 di UNG.
Prestasi ini diperoleh setelah dewan juri atau panelis ahli menilai puluhan karya, sampai akhirnya menetapkan enam nominasi. Dari keenam nominasi tersebut yang didominasi oleh penelitian dari peneliti perguruan tinggi, akhirnya kelompok peneliti MAN Insan Cendekia dinobatkan sebagai Peraih Fadel Muhammad Innovation Award. Penelitian yang dilakukan oleh kedua siswi MAN Insan Cendekia berjudul Kerupuk Nike. Penelitian tersebut bertujuan untuk melakukan inovasi sekaligus member nilai tambah pemanfaatan nike yang merupakan komoditas khas Gorontalo. ” Wah, kami tidak menyangka kalau akhirnya penelitian yang kami lakukan akan memperoleh penghargaan.” aku Yuliana Bakari mengomentari keberhasilan timnya. Selanjutnya Larasati juga menambahkan bahwa penelitian yang mereka lakukan didasari oleh fakta masih minimnya pemanatan Nike, sehingga nilai ekominya rendah.” Seandainya Nike dijadikan kerupuk, maka selain gizinya tinggi, nilai ekonominya akan naik, dan lagi masyarakat akan dengan mudah merasakan nikmatnya Nike tanpa harus menunggu musim Nike” imbuh Larasati bersemangat.
Preastasi kedua Siswi cendekia ini tergolong istimewa, karena mereka berhasil bersaing dengan peneliti-peneliti dari perguruan tinggi. ” Ini prestasi yang membanggakan.” komentar Drs. Ahmad Hidayatullah, M.Pd selaku kepala madrasah. Pak kepala juga menambahkan bahwa prestasi ini mem buktikan bahwa dengan kesungguhan dan dedikasi yang tinggi pada upaya pengembangan ilmu pengetahuan, siswa MAN Insan Cendekia mampu bersaing dengan peneliti yang lebih senior dari perguruan tinggi. Menurut Pak Ahmad, penelitian ilmiah memang menjadi sesuatu yang wajib bagi siswa MAN Insan Cendekia, dan diakhir penelitiannya mereka harus mempertanggungjawabkannya melalui seminar karya ilmiah yang ketat seperti layaknya ujian skripsi di perguruan tinggi. ” Kami persembahkan karya anak-anak MAN Insan Cendekia untuk kemajuan Gorontalo.” pungkas kepala madrasah. (BS/GP-53)

Dua Pengajar UNG Raih FIA

Gorontalo Post: JUMAT, 21 DESEMBER 2007



METRO-Program peningkatan mutu dan kualitas dosen oleh Rektor Universitas Negeri Go-rontalo (UNG) membuahkan hasil. Buktinya, dua tenaga pengajar yakni Margaretha Solang dan Ishak Isa berhasil meraih Fadel Inovation Award (FIA) karya inovasi bidang tehnik dalam Kongres Inovasi Gorontalo Untuk Indonesia, Rabu (19/12) yang turut dihadiri Mentri Riset dan Teknologi RI Kusmayanto Kadiman di Aula Serba Guna.


Karya Margaretha Solang yang berjudul Peningkatan pertumbuhan dan keuntungan Gonard Ikan Nila melalui pemotongan sirif ekor model teruji berhasil meraih peringkat pertama dan berhak membawa sebuah tropi dari Gubernur Fadel Mohammad serta uang sejumlah Rp 3 juta dan karya Ishak Isa yang berjudul Aplikasi inovasi teknologi pemanfaatan limbah tongkol jagung pada pembuatan arang aktif meraih predikat ke tiga dan berhak membawa pulang uang sebesar Rp 1 juta serta piala dari Gubernur Gorontalo. Menurut keduanya keberhasilan ini pun tidak akan ada artinya tanpa dukungan dan fasilitas yang tersedia di kampus merah maron ini. “Fasilitas yang ada disini juga membantu memperlancar semua karya inovasi yang kita buat dan kita ujicobakan,” ungkap keduanya.

Sementara itu Lukman Laliyo panitia pelaksana kepada Gorontalo Post mengungkapkan acara yang mengambil tema membangun masyarakat Gorontalo yang inovatif, mandiri dan profesional ini bertujuan untuk mengumpulkan pengetahuan, pengalaman dan inovasi sebagai modal intelektual. “Apabila diberi akses modal, pasar dan peraturan yang kondusif akan dapat menumbuhkan dunia usaha , baik usaha kecil, menengah dan besar sehingga dapat tumbuh dan mencapai daya saing secara berkelanjutan,” ungkap Lukman. (Tr-18)

Karya untuk Indonesia...

Harian Kompas: Sabtu, 22 Desember 2007

Rumahpengetahuan.web.id

Lupakan sejenak banjir yang melanda Gorontalo. Di tengah terjangan luapan air sungai Bone-Bolango di kota tersebut, pertengahan Desember ini ada geliat masyarakat untuk bangkit menatap hari esok dengan semangat kemandirian. Semangat itu tercermin dalam Kongres Inovasi Gorontalo untuk Indonesia yang dirintis sejak awal November lalu sebagai upaya menggali, menghimpun, melindungi, serta memberi penghargaan karya- karya inovatif dalam khazanah inovasi nasional.

Semua kalangan masyarakat, termasuk pelajar, dosen, petani, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) diberi kesempatan mendaftarkan karya mereka untuk dinilai.
Puncaknya, Rabu (19/12), dari 52 karya yang masuk dan dinilai, tiga karya inovasi terbaik mendapatkan Fadel Muhammad Innovation Award 2007. Pemenang I, II, dan III, masing-masing meraih hadiah Rp 5 juta, Rp 3 juta, dan Rp 2 juta.

Tidak terlalu spektakuler

Karya yang dinyatakan sebagai pemenang memang tidak terlalu spektakuler. Idenya biasa-biasa saja, tetapi tergolong orisinal. "Dan, yang utama adalah gagasannya membumi dan memberi nilai tambah bagi kegiatan perekonomian masyarakat setempat."

Pemenang pertama, Margaretha Solang dan kawan-kawan, misalnya, mengajukan karya berjudul Peningkatan Pertumbuhan dan Kematangan Gonad Ikan Nila Melalui Teknik Pemotongan Sirip Ekor. Dosen Universitas Negeri Gorontalo ini mencoba menawarkan solusi bagi peternak ikan nila untuk meningkatkan pertumbuhan dan kematangan gonad ikan nila melalui teknik memotong sirip dan ekor secara tegak lurus. "Sirip ekor ikan merupakan titik tumpu pergerakan. Dengan memotong sirip tegak lurus, maka pergerakan ikan dibatasi. Dengan demikian, asupan makanan tak terbakar menjadi energi, tapi malah menjadi daging," kata Margaretha menjelaskan. Dosen Biologi tersebut mencatat, dalam waktu dua bulan pascapemotongan sirip ekor, pertumbuhan dan berat daging ikan nila tumbuh pesat. "Biasanya, satu kilogram ikan nila terdiri dari lima ekor. Dengan cara pemotongan sirip seperti di atas, maka satu kilogram ikan nila menjadi tiga ekor saja."
Artinya, peluang petani ikan untuk menambah nilai jual sangat terbuka. Satu kilogram ikan nila rata-rata dijual Rp 12.500.

Posisi kedua diraih Larasati Sukmadewi Wibowo dan Yuliana Bakari. Kedua siswi MAN Insan Cendekia ini menemukan cara mudah untuk memanfaatkan ikan teri nike, sejenis ikan laut endemik khas Gorontalo. Ikan jenis itu diolah menjadi bahan makanan berupa kerupuk. Temuan itu tentunya membuka mata nelayan setempat. Sebab selama ini ikan nike acap kali melimpah dan terbuang.

Prof Dr Ishak Isa MSi pun tak ketinggalan memberikan ide baru dalam memanfaatkan tongkol jagung. Sebagai pemenang ketiga, Guru Besar Universitas Negeri Gorontalo ini memanfaatkan limbah tongkol jagung sebagai bahan baku arang aktif. Tongkol jagung yang selama ini terbuang percuma dapat dibakar dan arangnya bermanfaat untuk pemurnian minyak goreng.
Gorontalo yang dikenal sebagai sentra kopra sangat relevan dengan karya tersebut guna meningkatkan mutu industri minyak goreng, terutama yang berskala rumah tangga.

Untuk Indonesia

Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman sangat menghargai upaya penggalian inovasi yang berbasis potensi kearifan lokal tersebut. Kegiatan kali ini, yang digalakkan Salemba Study Group dan Keluarga Salemba Tengah (KST)-29, tentunya bisa dijadikan model penggalian inovasi yang membumi secara nasional.
"Sebuah inovasi tak mesti mahal, tapi yang utama orisinal dan bisa diterapkan pada masyarakat," tutur Kusmayanto.
Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad berjanji, program tersebut akan ditradisikan dalam upaya memberdayakan potensi sumber daya alam dan untuk kesejahteraan masyarakat. (NAR)